Seperti yang pernah saya tulis dalam artikel sebelumnya yang berjudul "Pernahkah Anda Mendapatkan Pengalaman Yang Seperti Ini?", bahwasanya sekarang ini internet seolah sudah seperti menjadi kebutuhan sehari hari. Mulai dari baru bangun tidur, ketika sedang beraktifitas, saat beristirahat, dan sampai dengan menjelang tidur lagi, tidak sedikit diantara kita yang seringkali terkoneksi dengan internet untuk memanfaatkan berbagai layanan yang disediakan. Bahkan terkadang juga ada yang sampai ketiduran di depan komputer, laptop, atau hand phone yang mereka gunakan saat mereka sedang mengakses internet. Dan ini sudah merambah segala usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai mereka yang sudah tua sekalipun seolah sudah tidak asing lagi dengan internet.
Hal tersebut sebenarnya dapat dikatakan sebagai sesuatu yang patut untuk disyukuri, karena dengan demikian informasi akan lebih mudah didapatkan dengan adanya akses internet yang semakin mudah. Sehingga pada akhirnya dapat memicu percepatan perkembangan sumber daya manusia, dengan semakin bertambahnya ilmu dan wawasan yang didapat dari berbagai sumber yang berbeda. Namun ironisnya tidak sedikit diantara kita yang ternyata kurang bijak dalam memanfaatkan segala layanan yang dapat ditemukan di internet. Sehingga yang didapat bukannya ilmu serta wawasan yang semakin luas dan bertambah, namun malah banyak waktu dan biaya hilang dengan percuma tanpa membuahkan apa-apa. Dan hal ini diperparah lagi dengan kurang bijaknya kita dalam menggunakan sosial media atau situs jejaring sosial yang saat ini sudah seperti menjadi makanan sehari-hari bagi kita.
Terinspirasi dari salah satu tulisan salah seorang teman dalam sebuah situs jejaring sosial, saya mencoba melakukan penelitian kecil-kecilan yang berkaitan dengan jumlah teman yang dimiliki olah seseorang dalam social media, khususnya dalam hal ini adalah pada Facebook. Survei saya lakukan di dua tempat, yang pertama adalah di Facebook dalam hal ini adalah dengan menggunakan akun saya dan teman-teman Facebook sebagai respondennya. Dan yang kedua survei saya lakukan di sebuah forum tanya jawab yang kebetulan di sana memiliki sebuah sub forum khusus untuk melakukan jajak pendapat dan survei.
Seperti yang saya sebutkan di atas, bahwa materi untuk penelitian yang saya lakukan ini adalah seputar pertemanan di situs jejaring sosial. Lebih tepatnya adalah tentang seberapa banyak jumlah teman yang dimiliki seseorang dalam situs jejaring sosial dan seberapa persen dari seluruh temannya tersebut yang juga ia kenal di dunia nyata. Tentu saja mereka memberikan jawaban yang bervariasi, mulai dari jumlah teman yang hanya puluhan, ratusan, dan bahkan sampai ribuan. Nah, kemudian dari berbagai jawaban yang ada, dalam hal ini adalah tentang jumlah teman yang mereka miliki di situs jejaring sosial, selanjutnya saya gunakan sebagai dasar untuk mengajukan pertanyaan yang kedua, dalam hal ini adalah tentang seberapa persen dari seluruh jumlah temannya tersebut yang juga ia kenal sepenuhnya di dunia nyata.
Tidak jauh berbeda dengan hasil jawaban untuk pertanyaan pertama, jawaban untuk pertanyaan yang kedua ini pun sangat bervariasi. Namun dari bervariasinya jawaban yang ada, bila dianalisa maka didapatkan sebuah kesimpulan bahwa dari semua teman mereka di dunia maya yang juga ia kenal di dunia nyata, ternyata rata-rata tidak lebih dari 30% (tiga puluh persen) saja. Sehingga dapat diasumsikan bila seseorang memiliki 1.000 (seribu) teman di situs jejaring sosial, maka teman yang benar-benar mereka kenal hanya sejumlah 300 (tiga ratus) orang saja. Sedangkan selebihnya atau sejumlah 700 (tujuh ratus) orang yang lainnya tidak ia kenal sama sekali dan hanya kenal sebatas dalam situs jejaring sosial saja.
Berdasarkan hasil analisa tersebut, maka satu hal yang kiranya perlu dijadikan sebagai sorotan adalah seberapa tinggi tingkat kesadaran kita dalam memfilter status yang kita terbitkan dalam suatu situs jejaring sosial sebagai sebuah update status. Karena walaupun sebenarnya situs jejaring sosial telah memberikan fasilitas pemfilteran untuk status yang diterbitkan sehingga status dapat disetel agar hanya dapat dilihat dan dibaca oleh orang tertentu sesuai dengan keinginan kita, namun pada kenyataannya tidak sedikit yang belum menyadari untuk menggunakan fasilias ini. Sehingga update status apapun yang diterbitkan akhirnya terbaca secara publik, yang pada akhirnya terkadang status yang tidak semestinya dikonsumsi oleh sebagian teman, akan tetap terbaca karena setelan yang terpakai adalah publik. Inilah yang sangat perlu untuk diperhatikan. Karena menurut pengamatan yang saya lakukan, tidak jarang saya menemukan status yang diterbitkan seseorang, semestinya adalah kalimat yang tidak perlu diterbitkan karena masalah yang terkait dengan hal tersebut sebenarnya tidak perlu dijadikan sebagai konsumsi publik dan hanya merupakan konsumsi pribadi atau kalangan tertentu saja.
Bagaimana dengan kita? Harapan saya semoga kita dapat menggunakan dan memanfaatkannya secara bijak sesuai dengan kapasitas kita masing-masing.
Terdapat 4 komentar pada artikel ini ▶
oh ya,,,
Laporan,,,,
Anda mendapatkan Awards dari Blog "Info penting banget "
cari aja Awards buat sobat di blog saya..!!!!
cemungut ea...!!!!
bener banget sob, paling geli kalo udah baca status yg kelewat lebay.
Dan bener juga, dari keseluruhan temen fesbuk, hanya 40% yg saya kenal. hahaha
wah jangan sok lebay toh gan , santai aja kali gan .
@healtygroupLebay-nya di bagian mana Sob?