Setiap jenis tanaman memiliki cara pembibitan yang berbeda-beda, oleh sebab itulah sebelum melakukan budidaya tanaman tertentu perlu diketahui terlebih dulu cara perbanyakan yang tepat untuk setiap jenis tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena nantinya cara perbanyakan juga menentukan cara pembibitan yang akan dilakukan.
Dalam hal tanaman obat, teknik budidaya yang digunakan secara prinsip tidaklah jauh berbeda dengan teknik yang digunakan dalam pembudidayaan tanaman sayuran. Akan tetapi walaupun demikian terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan diketahui diantaranya yaitu cara perbanyakan, umur panen tanaman, dan tujuan pemanfaatannya.
Jahe, bila digunakan sebagai bumbu dapur dapat dipanen pada umur 4 bulan. Sedangkan jahe untuk disimpan dalam waktu lama baru dapat dipanen pada umur delapan bulan. Jenis media tanam pun perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman tersebut. Beberapa tanaman ada yang membutuhkan tanah yang selalu lembap, akan tetapi tidak tahan terhadap genangan air. Dalam hal ini sebagai contoh misalnya adalah nilam.
Kegiatan budidaya tanaman obat dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Dimana apabila semuanya dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tekun maka besar kemungkinan akan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Berikut ini merupakan beberapa hal atau tahapan yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman obat agar memperoleh hasil yang maksimal.
Pembibitan; Cara perbanyakan bibit merupakan hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan budidaya tanaman obat. Perbanyakan bibit sendiri dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu perbanyakan secara generatif dan vegetatif.
- Perbanyakan generatif merupakan perbanyakan yang dilakukan dengan biji. Dengan cara ini maka biji yang akan disemai sebaiknya diperoleh dari tanaman induk yang sehat dan memiliki hasil baik. Terkait dengan penyemaian, biji dapat disemai pada polybag atau bak persemaian dan bedengan semai sebaiknya ditutup untuk melindungi bibit dari pengaruh lingkungan yang kurang baik bagi pertumbuhan.
Bedengan persemaian pun harus memiliki drainase yang baik. Hal ini dimaksudkan agar tidak tergenang air dan memiliki permukaan yang gembur sehingga dapat menampung air sisa resapan dari media pembibitan. Selanjutnya sebelum dipindahkan ke lahan, maka penutup dapat dibuka secara bertahap agar bibit dapat beradaptasi dengan lingkungan.
Sebagai contoh dari tanaman obat yang dapat diperbanyak dengan biji misalnya adalah kayu manis, belimbing wuluh, dan cengkeh.
- Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan secara alami ataupun buatan. Perbanyakan vegetatif alami dilakukan dengan tunas, rhizome, geragih, umbi batang, dan umbi lapis. Sedangkan perbanyakan vegetatif buatan dilakukan dengan cara stek, runduk, okulasi, menyambung, dan cangkok.
Keuntungan memperbanyak tanaman dengan cara vegetatif seperti ini ialah dapat memperoleh hasil yang sama dengan tanaman induk dan membutuhkan waktu produksi yang lebih sedikit. Disamping itu tanaman hasil perbanyakan vegetatif pun memiliki perakaran yang kurang kuat.
Sebagai contoh dari tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara vegetatif misalnya adalah sirih, brotowali, lada, mahkota dewa, melati, kenanga, kayu manis, pala, dan belimbing wuluh.
Pengolahan tanah; Setiap jenis tanaman obat membutuhkan kondisi tanah tertentu agar dapat tumbuh dan berkembang optimal. Hal ini disebabkan karena hondisi tanah yang gembur penting untuk pertumbuhan tanaman obat, khususnya untuk perkembangan rimpang pada tanaman temu-temuan. Jenis tanaman obat semusim atau tanaman berbentuk perdu membutuhkan bedengan untuk tempat tumbuhnya, tetapi tanaman obat tahunan tidak membutuhkan bedengan.
Penanaman; Lubang dan alur tanam dibuat pada bedengan. Jarak lubang tanam disesuaikan dengan kondisi tanah dan jenis tanaman dan saat penggalian lubang tanam sebaiknya tanah galian tersebut dicampur dengan pupuk kandang atau kompos.
Pemeliharaan; Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan antara lain adalah:
- Penyiraman; Frekuensinya dapat diatur sesuai dengan kondisi kelembapan tanah. Penyiraman sebaiknya dilakukan setiap hari, saat pagi dan sore hari. Sistem pembuangan air pun juga perlu diperhatikan karena beberapa jenis tanaman obat tidak tahan terhadap genangan air.
- Penyulaman; Yaitu penanaman kembali tanaman yang rusak, mati atau tumbuh tidak normal.
- Pemupukan; Dalam hal ini sebaiknya pupuk yang digunakan adalah pupuk organik, karena pupuk anorganik dikhawatirkan dapat menimbulkan pengaruh kurang baik bagi senyawa/kandungan berkhasiat obat pada tanaman obat.
- Penyiangan; Dilakukan agar tidak ada kompetisi antara tanaman budidaya dan gulma dalam mendapatkan hara dan cahaya matahari.
- Pembumbunan; Dilakukan dengan tujuan untuk memperkokoh tanaman, menutup bagian tanaman di dalam tanah seperti rimpang, umbi atau akar, serta memperbaiki aerasi tanah.
- Pengendalian OPT; Dalam hal ini dapat dilakukan secara mekanis dan kimia. Pengendalian mekanis dilakukan dengan cara menangkap OPT dan membuang bagian tanaman yang terserang penyakit. Pengendalian kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan pestisida, disarankan menggunakan pestisida alami.
Panen dan Pascapanen; Cara penanganan setiap jenis tanaman obat berbeda-beda. Ada tanaman yang dapat dimanfaatkan seluruh bagian tanamannya ada pula yang dipanen hanya bagian tertentu saja. Oleh sebab itu penanganan panen dan pascapanennya pun perlu diperhatikan dengan baik, agar tidak merusak kandungan zat berkhasiat pada obat tersebut. Hati-hati saat memanen tanaman obat daun karena mudah rusak. Umur panen dan bagian yang akan dipanen juga memengaruhi cara panen dan pengelolaan pascapanen.
- Daun; Pemanenan daun tanaman obat harus dilakukan dengan hati-hati karena daun bertekstur lunak dan mudah rusak. Umur petik daun tiap tanaman juga berbeda, ada yang dipanen saat daun masih muda, seperti: kumis kucing dan teh. Ada pula tanaman yang dipanen saat daun sudah tua, contohnya: sirih dan mint. Daun yang dipanen untuk diambil minyak atsirinya juga harus dilakukan dengan hati-hati dan harus langsung diolah saat masih segar, agar tidak menghilangkan kandungan minyaknya.
- Rimpang ; Umumnya dapat dipanen pada umur 8-12 bulan. Ketika daun tanaman sudah mulai menguning dan mengering, rimpang tanaman siap dipanen. Setelah dipanen, rimpang dibersihkan dari kotoran, benda asing, serta rimpang busuk. Selanjutnya, rimpang disortir berdasarkan umur dan ukuran rimpang. Setelah disortir, rimpang dicuci dengan air. Sebelum dikeringkan, rimpang harus dipotong-potong terlebih dulu. Pengeringan dapat dilakukan dengan sinar matahari, oven, atau blower. Selama pengeringan, seringkali ada kerusakan kimia.
- Biji; Banyak mengandung tepung, protein, dan minyak. Kadar air biji saat dipanen berbeda-beda bergantung pada umur panen tanaman obat tersebut. Makin tua umur biji, makin rendah kadar airnya. Sebaiknya hindari tempat lembap untuk penyimpanan.
- Akar; Untuk akar yang mengandung banyak air pengeringannya dilakukan secara perlahan-lahan guna menghindari pembusukan dan fermentasi.
Disadur dari: Buku Guru Prakarya terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013.
Terdapat 2 komentar pada artikel ini ▶
Saya memang lagi cari-cari info tentang pertanian eh nyasar ke sini.izin nyimak aja gan keliahatnya banyak banget yang bermanfaat
@maiko muki Silakan Sob. Semoga saja uraian dalam artikel tersebut maupun dalam artikel yang lainnya dapat diambil guna dan manfaatnya. Dan kemudian tidak lupa saya sampaikan terimakasih atas berkenannya mengeposkan komentar tanggapan dalam artikel ini. :)