Hai, bisa jadi Anda pernah melihat pohon yang seperti ini digunakan sebagai pohon pelindung di tepi jalan. Ketahui bahwa ini adalah pohon waru (Hibiscus tiliaceus) yang merupakan tumbuhan suku kapas-kapasan, yang dikenal pula dengan nama waru laut, dadap laut, atau pohon baru.
Pohon waru seperti ini memang telah lama dikenal dan digunakan sebagai pohon peneduh tepi jalan, karena walaupun tajuknya tidak terlalu rimbun, akan tetapi akarnya tidak terlalu dalam sehingga tidak merusak jalan atau bangunan yang ada di sekitarnya.
Pada dasarnya waru merupakan tumbuhan yang perbanyakan atau pembiakannya dilakukan dengan menggunakan biji. Akan tetapi waru dapat pula diperbanyak dengan teknik stek, namun agak sulit karena tunasnya akan mudah sekali terpotong.
Waru masih semarga dengan kembang sepatu. Oleh sebab itulah waru (terutama bunganya) memiliki bentuk dan ciri-ciri yang sangat mirip dengan bunga kembang sepatu.
Waru umumnya memiliki batang pohon kecil dengan tinggi antara 5 hingga 15 meter dan memiliki kemampuan bertahan tinggi karena toleran terhadap kondisi tergenang maupun kondisi kering sekalipun.
Daun waru bertangkai dan bentuk bundar atau bundar telur dengan tepi rata serta memiliki diameter hingga 19 sentimeter. Bertulang daun menjari dan sisi bagian bawah daunnya berambut warna abu-abu, serta memiliki daun penumpu yang berbentuk bundar telur memanjang dengan panjang sekitar 2,5 sentimeter.
Bunga waru berdiri sendiri atau dalam tandan yang berisi 2 hingga 5 kuntum bunga. Daun kelopak tambahan bertaju 8 hingga 11 dan lebih dari separuhnya berlekatan. Panjang kelopak 2,5 cm, bercangap 5, dan daun mahkota berbentuk kipas, berkuku pendek dengan lebar antara 5 hingga 7,5 cm, berwarna kuning, jingga, dan akhirnya kemerah-merahan, dengan noda ungu pada bagian pangkalnya.
Buah berbentuk kotak, beruang 5 tak sempurna, membuka dengan 5 katup, dan bijinya kecil berwarna coklat muda. Sementara itu akarnya berbentuk tunggang dan berwarna putih kekuningan.
Ada banyak manfaat dan kegunaan dari pohon waru serta bagian-bagiannya. Kulit batangnya dapat dimanfaatkan untuk membuat tali karena mengandung banyak serat, sedangkan kayunya bisa digunakan sebagai bahan bangunan, gagang perkakas, ukiran, serta kayu bakar.
Daun waru bisa digunakan sebagai pakan ternak, pengganti daun jati dalam proses peragian, dan bahkan daun waru yang masih muda dapat pula dijadikan sebagai bahan sayuran.
Sementara itu bunga waru dapat dijadikan sebagai jam biologi karena mekar di pagi hari dengan mahkota berwarna kuning, kemudian siang hari warnanya berubah menjadi jingga, dan sore hari berubah warna lagi menjadi menjadi merah, sebelum akhirnya gugur. (Wikipedia)