Beberapa pekan lalu, tepatnya yaitu pada akhir bulan September sampai dengan awal bulan Oktober tahun 2014 telah terjadi beberapa fenomena alam diantaranya yaitu terjadinya gerhana bulan dan femonema alam “hari tanpa bayangan” yang dapat diamati dan disaksikan hampir di seluruh wilayah Indonesia .
Fenomena alam gerhana bulan terjadi ketika sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan bumi. Hal tersebut terjadi apabila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama, sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi. Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari. Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5°, maka tidak setiap oposisi bulan dengan Matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan. Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana bulan, akan diikuti dengan gerhana Matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara Matahari dengan bumi. [Wikipedia]
Fenomena alam “hari tanpa bayangan” merupakan suatu fenomena yang terjadi akibat adanya gerak semu harian dan tahunan pada Matahari. Pada gerak semu harian Matahari terbit dari arah timur dan kemudian berada tepat di atas kepala saat tengah hari dan akhirnya akan tenggelam di arah barat. Sementara itu pada gerak semu tahunan Matahari akan tampak bergeser ke arah utara yang terjadi antara tanggal 21 Maret sampai dengan 23 September dan tampak bergeser ke arah selatan yang terjadi antara tanggal 23 September sampai dengan 21 Maret, sehingga pada tanggal 21 Maret dan 23 September Matahari akan berada tepat pada posisi garis lintang 0 (nol) atau persis berada di atas garis khatulistiwa. [Dikutip dengan perubahan dari: Kompas]
Di bawah ini merupakan video yang menayangkan beberapa benda yang direkam saat terjadinya fenomena alam “hari tanpa bayangan”.
Namun demikian karena gerak semu Matahari terjadi pada posisi antara 23,5° LU - 23,5° LS, maka setiap tempat yang berada diantara garis lintang tersebut akan mengalami fenomena alam “hari tanpa bayangan” yang berbeda dengan yang terjadi pada posisi garis lintang 0 (nol). Sebagai contoh misalnya apabila pada tanggal 23 September tahun 2014 fenomena alam tersebut terjadi di Kota Pontianak sebagai tempat yang berada di garis lintang 0 (nol) atau kota khatulistiwa, maka di daerah tempat saya tinggal yaitu Kabupaten Ponorogo, fenomena alam “hari tanpa bayangan” tersebut terjadi pada tanggal 8 Oktober 2014. Demikian pula dengan tempat lain yang berada pada posisi garis lintang yang berbeda, fenomena alam tersebut juga akan terjadi pada tanggal yang berbeda pula, yaitu pada saat Matahari berada di titik zenith (titik di angkasa yang berada persis di atas pengamat) tempat yang dimaksud.